Laman

Selasa, 09 Agustus 2011

When Can I Stop Bother Other People?

Kriiiing! Kriiiing! Kriiiing!

Halo! Siapa ya? Salah sambung.

Ady Idol? Oh, iya....!

*Sini aku yang ngomong*

"Sebelah mana? Aku sudah
sampek kucica no.16"

*Jalan Kucica JG3 No.12*
Tuuuuuuttttt...!!

Prok...Prok...Prok...
"Oh, disini?"
*Iya*
"Kenapa berhenti"

-diam-
*Ini, limapuluh ribu, kan?*
"Ia, yaudah aku pulang DOL,
ya."
*Ok, thanks a lots*

*****

Kenapa berhenti? Aku selesai dari sana karena tak nyaman. Tak ada alasan khusus. Tanpa embel-embel
apapun. *Padahal ada puluhan
kunci rahasia harta karun yang
kujaga*

Tak mungkin tanpa sebab!

Para 'peminum kopi' itu
mengancam keberadaanku
disana. *Ini alasan pokok yang
ku simpan sejak beberapa
bulan yang lalu, sebelum kau
suruh aku menunggu* Aku benci mereka bertingkah sok berkuasa, emang mereka siapa? Pemegang
hukum? Pak Hakim? Tuhan?
Mereka juga PENGGUNA.
Pengen muntah lihat wajah- wajah teler setelah menggabiskan satu botol air putih aroma setan. Jalan saja tak seimbang seperti orang
linglung.
Hei, Bung! Asap rokok yang kau kelola mengganggu. Tak
ada hal lain apa untuk 'membuang' waktumu?

Memang kamu diganggu sama mereka?

Tidak diganggu. Tapi aku
merasa terganggu dengan
adanya mereka. Tak dosa,
kan, menuntut rasa aman?
Aman menjalani pekerjaan.
Pekerjaan yang memproduksi rasa bosan yang harus rela dilepas. Hanya ada petugas keamaan rendah yang kadang-kadang 'berjoin', merasa
sebagai teman. Huek!
*mempraktekkan gerakan muntah*

Negeri ini tak punya ijazah
tingkat aman. Never ever.
Jujur, aku orang 'sini' asli,
tapi, aku kurang 'demen',
entah kesambet jin darimana.
KERAJAAN GALAU

Terus apalagi?

Udah. Banyak tanya, deh!

Bohong. Aku ingin dengar
semuanya, biar tak penasaran!
Kalau tak mau diwawancarai
terus.

Kalau hujan. Annoying Full.
Dingin. Apalagi kalau angin
berdansa, basah semua. Mana
bocor lagi! Mengerikkan. *Ini
juga alasan power yang ku
punya.* Sebenarnya aku malu dilihat orang-orang dalam keadaan
seperti itu. Mereka kasihan
padaku atau malah menilaiku
rendah? *opo yo tak piker*
Tapi aku selalu memikirkan itu. Masih ada titik tempat
emas lain selain disana.
Tuhan menyebarkan anugerah
diseluruh muka bumi, aku
percaya. Karena aku baca
kitab. Dan aku juga mendengar pendendang
kitab. *Juga membaca status
Pak Mario Teguh di
Facebook*

Ehe, apalagi?

Tempat itu 'angker'. 'Cakruk'
tua yang sebentar lagi wafat,
akan mendiami tempat sampah. Hilang pemandangan.
Patah kaki-kakinya.
Orang pasti juga enggan liat keadaan yang buruk.
Penghuninya dilihat picing
mata. Mereka tidak bilang apa-
apa, tapi, aku bisa merasakan
hati masing-masing. Seperti
pajangan. I'm getting bored waiting all the time. Just spending my
time.
Keberadaanku disana hanya
melebur waktu, tauk!
Melewatkan setiap kesempatan mutiara datang.
Ini keputusan 'apik' yang
pernah ku garisbawahi. Pilihan
tepat. Yang dari dulu ku puja-
puja sebelum kau menyuruhku
menunggu waktu yang tepat. Kau bisa menyuruhku jadi
penunggu kemiskinan, tapi,
aku, yang menjalani, terpaksa
menerima saranmu. Karena
aku menghargai sumbang kata
dari mulutmu. Sampai hari ini aku melanggar batas waktu
yang kita tetapkan. Sebelum
Hari Raya Idhul Fitri. Karena
dari awal jiwaku berontak, aku
tak sampai waktu. Aku
mengeluh menjadi penunggu yang sia-sia. Andai kau tak
menyuruhku jadi penunggu
yang baik! Kebahagiaan itu terbentuk dari
sebuah pilihan. Disana aku tak
merasakan urat bahagia.
Justru yang ada malah
kebosanan meluluhlantakkan
kerajaan imanku. Tercipta sel kemalasan tingkat dewa,
menjadikanku pemalas yang
hebat. Aku jadi lebih
tergantung pada orang lain.
Tak memiliki asas mandiri. When can I stop bother other
people?*nggremeng karepe
dewe*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar