Laman

Sabtu, 06 Agustus 2011

Bono

www.kepmegoszto.com

Dia.
Dia begitu kecil.
Dia dibekali sepetik nama dari pembimbingnya sejak lahir.
Bono!
Ya, Bono panggilan yang tidak aneh untuknya.
Orang yang menghabiskan
harinya bersama waktu.

Waktu yang dibiarkan
mencabuti usianya yang
masih muda. Suatu pagi, pasti dia dihasut tentang perubahan. Perubahan tentang hidup, saat terdengar kabar baru dari seonggok gedung bertingkat. Kebosanan sudah menjadi hidangan setiap hari.

Bosan dengan keadaan yang menghawatirkan.
Tapi, dia masih dituntut untuk menjaga kebosanan itu. Akibat terikat kata sepakat; sekelumit perjanjian.

Bono membuang waktunya didepan kaca bening yang dibaliknya berpemandangan
mobil-mobil kesurupan memecah jalan.

Wangi asap knalpot adalah bonus budi baik pengemudinya. Teramat
sopan. Ah.
Harusnya dia merasa
beruntung oleh sebab bisa
berteman karib dengan lembaran-lembaran favorit bagi orang-orang hobi mengeja kata-kata.

Menikmati orang-orang baru, walau orang-orang itu tidak akan mencongkel rasa bosan yang menjamur padanya.
Tapi, mampu menyajikan
suasana berbeda. Orang-orang pengeja kata-kata itu baik padanya.

Rupiah bernominal besar
beralih ke tangannya hanya
untuk lembaran-lembaran; teman menghabiskan waktu.

Lembaran terbungkus dengan gambar memikat hati dalam aneka ukuran dan tingkat ketebalan bervariasi.

Komunitas A memilih topik
politik untuk teman minum teh di pagi atau sore hari.

Komunitas B menitikberatkan pada hal yang beraroma fotografi, bisnis sampai otomotif. Tergantung selera.

Komunitas C pasti lebih
tertarik warta terbaru tentang idola-idola mereka, fashion teranyar dan gadget terkini.

Harusnya Bono bangga jadi harapan bagi para pengincar lembaran-lembaran yang beranggapan hilangnya kesempatan mendapat bonus poster idola mereka atau ketinggalan kabar bengis di dunia politik.

Saat itu dia berstatus pahlawan bagi mereka. Tapi, dia tidak menyadarinya bahwa dia seorang penyelamat. Mungkin dia bukannya tidak menyadari, tapi, tidak tahu.

"HAI...!!"
Dia tidak membalas ucapanku.
Sesungguhnya aku juga tidak terlalu mengharap jawaban.

Dia mengambil lembaran-
lembaran untukku. Ya, dia mengerti maksudku. Dan
memang lembaran-lembaran itu yang aku mau.
Rp 15.000,00 hilang dari

dalam dompetku, tersihir
menjadi lembaran-lembaran. Aku berlalu dengan besi hitam berkaki empat dengan perasaan senang.

Dia! Dia masih berdiam di
habitatnya menemani lembaran-lembaran yang tersisa.

Berdiam sampai waktu belum mengijinkannya beranjak pergi. Berdiam sampai waktu belum mengumbarnya bergurau dengan orang terkasih.

Bono! Aku tahu namanya dari abjad yang mengotori cat dinding itu. Tempat dia membuang waktunya.

Aku percaya bahwa itu
namanya. Atribut nama yang terjahit rapi dibajunya membenarkannya.
Aku tahu karena sering
berkunjung untuk lembaran-lembaran setiap minggunya.

Bono! Kamu jadi sasaran tema apik dalam menyelesaikan tugas
menulisku di minggu ini.

Kamu pahlawan, tapi tidak
merasa. Kamu penyelamat bagi sang pemburu lembaran-lembaran untuk teman minum teh.

Pasti kamu tak menyadarinya itu, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar