Laman

Rabu, 02 November 2011

Balada Jemput Ponakan

Gunung Lawu gerimis histeris. Tiap sore hujan langganan menambah hawa kegunungannya.
Dingin yang sukses buat aku kedinginan.
Meskipun udah tujuh hari di Ngrayudan, aku masih belum bisa mengakrabkan diri sama cuaca romantisnya.
Ada banyak hal hal yang membuatku sedikit belum ngerti. Tentang pola pikir orang orang sini, kebiasaan mereka dll.
Mereka agak agak (maaf) alay, dengan segala kejujuran yang terpancarkan.
Pokoknya ada aja sesuatu yang membuatku merasa sedikit aneh, membuatku memutar mata, membuatku geleng geleng kepala. Mr Gedek. Haha!
Mungkin ini proses yang bisa buatku mengerti keadaan.

Kemarin malem nganter ponakan, si Adi. Pergi tour ke Jogja.
Tepat jam satu malem duduk santai diatas motor menuju Kendal.
Sumpah! Baru kali ini tau acara tour berangkatnya sepagi ini!
Takut? Enggak. Cuma angin malem yang selalu bikin merinding.
Malam di desa begitu mati. Gelap meradang.
Sepanjang jalan yang ada hanya gelap, tapi terlihat pemandangan lampu lampu dibawah sana. Serasa di Semarang waktu malam.
Jalanan gunung khas dengan 'geronjalan'. Membuatku harus extraordinary eh extra-hati-hati! LOL.
Melintasi sawah, rumah penduduk dan kebun tebu.
Dan ini pertama kalinya melakukan perjalanan malem malem.

Menunggu memang bukanlah aktifitas favorit yang patut dibanggakan.
Mem-boring-kan iya.
Datang dengan nomor urut kedua. Temen temen Adi blum pada datang, 'sepi mamring'. Dan ternyata, busnya baru datang jam tiga.
GELO! Nunggu sampe terkantuk kantuk. Salah siapa ini?
Tapi gapapa deh daripada telat, resiko gak ikut tour didepan mata.
Tadi aku bilang, kalau aku gak takut bermotor sendirian ditengah jalan yang teramat sangat sepi.
Dan memang aku gak 'menemukan' sesuatu yang berarti dimalam itu.

BESOKNYA.
Sore hari gak luput dari terkaman hujan. Ditambah bonus MATI LAMPU. Yes.
Padahal entar malem waktunya jemput Adi. Hanya bisa berfikir.
Setelah hujan lewat, lampu juga masih belum nyala.
Untuk membuang sisa waktu, aku dan kang En bikin api unggun kecil.
Lumayan menghibur.
Otakku masih berfikir 'gimana nanti kalau lampu belum nyala juga, tambah gelap lagi dong'
Musnah sudah semua rasa gembira yang ku rasakan.

"Lek Teguh! Lek Har telpon!" Dari suaranya bisa dipastikan kalau itu si Lana W200i (kelas 6 SD) ditengah kegelapan. Haha!
Membawa kabar gembira kalau aku disuruh jemput Adi di Kendal.
Tanpa menunggu lama aku 'geret' Lana untuk nemenin menakhlukan kegelapan mati lampu dan jalan gak berprikejalanan.
Aku mencoba berdialog sama Lana untuk mengacaukan acara 'merinding disko'.

Sesampainya di Kendal.
Cuma ada dua cowok remaja duduk berdempetan ditepi jalan. Mungkin lagi pacaran.
HAH! Sekarang malah menempati urutan nomor satu dalam acara 'jemput jemputan'
Dan lagi lagi menjadi penunggu yang baik.
Darisini dapat ditarik kesimpulan, kalau si Adi 'baru mau' balik dari tour.
ASTAGAH! Kirain tadi ditelpon udah sampe di Kendal. Langit gunjang ganjing.
Malam semakin larut.
Aku kasihan aja sama Lana, dia cuma pake celana pendek sama kaos, oranye pula.
Toh besok pagi dia diharuskan sekolah, ulangan semester pula.
Kasihan tinggal kasihan. Pikirku kan sederhana, jemput langsung pulang!
Kenapa jadi rumit begini? Siapa yang salah?

Untung nunggunya disebuah masjid dan sampingnya Taman Kanak Kanak. Jadi sambil nunggu bus datang kami mencoba wahana yang tersedia disana: ayunan, jungkitan, putaran, perosotan dan satu lagi gak tau apa namanya. Haha. Masa balita kurang bahagia.
Tapi aku cuma mau ayunan. Hanya ayunan. Just ayunan. Kayaknya cocok aja untuk semua umur.
Aku beli wafer untuk sekedar ngemil, sambil ketawa hahahihi.
Kebetulan memang sepi samasekali. Di masjid cuma ada beberapa orang tiduran.
Malam semakin malam, bus yang didambakan gak kunjung datang. Bimbang.
Pukul 11.25 pm
"Lek Teguh! Ayok jalan jalan biar gak ngantuk." sabda Lana.
Jalan jalan sebentar, karna gak tahan sama godaan kantuk.
Saat itu aku bosen seboen bosennya orang bosen.
Ngantuk sengantuk ngantuknya orang ngantuk.
Si Lana aku suruh tidur tapi selalu saja menolak halus pakai alasan gak ngantuk. Padahal aku tau dia bohong.
Karna udah sangat capek, aku mindahin motor di halaman masjid biar aman.
Langsung menuju beranda masjid lalu KO. Si Lana gak sadarkan diri disebelah kananku. Disitu juga banyak orang tua murid yang nunggu anaknya pulang, saling berbaring.
Aku dengar bapak bapak terima telpon dari anaknya, katanya sudah sampai Jogorogo.
Ah, berarti sebentar lagi datang. Gak sempet lirik jam.

Pas bus udah datang, aku bangunin Lana. Langsung menuju kerumunan orang banyak, mencari manusia yang bernama Adi Wijaya. Sempet ku inget kalau dia di bus B.
Penghuni bus udah pada turun, tinggal tiga orang yang tersisa.
Tapi gak ku temukan batang kuping si Adi. Berdebar debar.
Lagi asyik asyiknya berdebar debar, aku lihat Lana masih ekspresi muka bangun tidur bonceng seseorang bermotor disebrang jalan.
"Lana lagi sama siapa? Tetangganya?"
Aku cari di rumah makan yang udah tutup, disana banyak anak anak menunggu jemputan.
Dan ternyata ada orang berkaos merah bola; si Adi.
Langsung kutarik dia menuju motor.

Dari kendal ke Dadapan jalannya oke, mulus bukan main.
Tapi Dadapan ke Ngrayudan, inilah tempat dimana orang harus berhati hati.
Setengah perjalanan tiba tiba motor mati. Ada apa ini?
"Lho, kok gak jalan!"
Aku pura pura gak tau kalau ternyata bensinnya habis. Yuhuuu!
Elok sekali bukan? Ditengah persawahan, gelap pekat, jalanan berongga, naik turun, sepi, malah kehabisan bensin.
Salah siapa?
Sampai sampai gak ngeh kalau motornya butuh asupan bensin. Sesuatu.
Terpaksa turun lagi, gak mungkin dorong di jalan yang kayak gitu. Impossible.
Aku datangi rumah penduduk yang jualan bensin eceran. Untung disini banyak yang jualan, disepanjang jalan pasti ada yang jualan bensin.
Rumah satu kuketuk. Gak ada jawaban.
Turun lagi.
Rumah dua kuketuk. Rumahnya gelap, tapi terdengar dengkuran orang tidur berbirama 4/4.
Turun lagi.
Rumah tiga kuketuk. Terlihat sepi, penampakannya semacam gudang beras atau warung. Lampu dalam juga mati.
Sempet kepikiran nginep di Mushola sambil nunggu pagi. Tapi itu kayaknya ide buruk.
Turun lagi.
Kali ini jalannya agak lama.
Rumah empat kuketuk dengan bismillah. Terdengar dari dalam suara cowok.
"Ya siapa?"
"Pak mau beli bensin masih ada?"
"Oh iya ada!"
Lalu muncul seorang pria membuka pintu sambil membawa bensin.
"Dariamana mas?"
"Dari Kendal."
Duit lembaran limaribu menjadi bensin satu liter.
"Makasih pak ya!!"
Pengen rasanya aku cium pria tadi sebagai wujud syukur karna masih menyediakan bensin untukku.
Memang, jam dua malem seperti ini paling enak tidur.
Alhamdulillah yah!

Paginya aku sengaja bangun siang. Sedikit trauma.
Setelah pulang sekolah Lana bilang kalau dia semalem hampir hilang.
Dan ternyata, orang bermotor yang diboncengi Lana itu bukan tetangganya. Dan Lana waktu itu masih setengah sadar, dikira orang tadi aku. HAH!
SAAT NGANTUK SEMUANYA BISA TERJADI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar